Film Seribu Bayang Purnama Soroti Harapan dan Tantangan Petani

Senin, 30 Juni 2025 | 08:58:28 WIB
Film Seribu Bayang Purnama Soroti Harapan dan Tantangan Petani

JAKARTA  – Seribu Bayang Purnama, film fiksi yang menyuarakan perjuangan petani Indonesia, siap tayang serentak di jaringan bioskop XXI, CGV, Cinepolis, dan Sams’s Studio. Disutradarai oleh Yahdi Jamhur, film ini hadir sebagai alternatif menyegarkan dibanding film-film urban, sekaligus menjadi sarana edukasi mendalam tentang problematika agraria yang sering terlupakan.

Menurut Yahdi Jamhur, pendiri Baraka Films yang dikenal lewat film dokumenter, film ini dirancang dengan pendekatan visual sinematik yang memikat. Lokasi syuting di pedesaan Yogyakarta menegaskan kedekatan manusia dengan alam. “Lewat film ini, kami ingin menunjukkan bahwa bertani adalah pilihan hidup yang bermartabat, bukan sekadar keterdesakan. Pesan utamanya, ketahanan pangan adalah kunci kedaulatan negara,” tegas Yahdi dalam sesi wawancara di Jakarta belum lama ini.

Plot dan Konflik Utama

Cerita berpusat pada Putro Hari Purnomo, diperankan oleh Marthino Lio, seorang pemuda yang kembali ke kampung setelah lama merantau. Ia bertekad menjalankan Metode Tani Nusantara, teknik pertanian alami yang murah dan ramah lingkungan. Metode ini terinspirasi dari kisah nyata petani muda di Nusa Tenggara Timur yang sukses mengurangi ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia.

Putro menghadapi berbagai tantangan: tekanan ekonomi, resistensi warga desa yang sudah lama bergantung pada pupuk pabrikan, dan konflik dengan keluarga juragan pupuk besar. Ketegangan keluarga semakin memuncak saat Putro jatuh hati pada Ratih, diperankan oleh Givina, putri sang rival bisnis pupuk.

Penulis skenario Swastika Nohara peraih dua Piala Maya dan nominasi FFI menguatkan konflik emosional dan drama keluarga melalui dialog realistis. Ia turut menjaga keseimbangan antara drama emosional dan edukasi agraria.

Produksi dan Pengaruh Visual

Yahdi Jamhur memanfaatkan lanskap pedesaan Yogyakarta untuk menciptakan gambar eksotis yang menghidupkan narasi kealamian dan keautentikan tradisi tani Nusantara. Kamera menyorot aksi para petani di sawah, adegan berkebun, dan interaksi komunitas desa. Sinematografi ini mencerminkan nilai edukatif film tanpa kehilangan estetika visual yang tinggi.

Para pemeran pendukung seperti Nugie, Whani Darmawan, dan Aksara Dena memberikan nuansa karakter yang kuat, mendukung alur utama tanpa mengurangi intensitas tema pendidikan pertanian.

Dampak Sosial dan Hak Cipta Konsumsi

Seribu Bayang Purnama bukan hanya hiburan; dari seluruh keuntungan tiket penayangan, film ini mendedikasikannya untuk program pemberdayaan petani di berbagai daerah. Program ini mencakup pelatihan metode pertanian alami dan pengembangan akses pasar bagi hasil tani petani kecil. Harapannya, film ini menjadi trigger aksi nyata, bukan sekadar tontonan.

Distribusi dana ini akan terstruktur melalui kolaborasi dengan organisasi petani dan komunitas pertanian lokal. Ini mencerminkan komitmen sosial dan tanggung jawab moral dari produser dan tim kreatif film.

Menumbuhkan Rasa Hormat dan Ketertarikan pada Pertanian

Yahdi menyatakan bahwa film ini bertujuan memberi inspirasi khususnya kepada generasi muda. “Kami berharap generasi muda lebih mengenal sektor pertanian dan menghormati petani yang selama ini tulang punggung ketahanan pangan nasional,” ungkapnya.

Melalui kisah Putro, penonton diajak menyaksikan betapa kompleksnya proses produksi pangan, sekaligus keindahan kearifan lokal yang mendukung ketahanan pangan nasional.

Konteks Nasional dan Ketahanan Pangan

Indonesia sebagai negara agraris menghadapi tantangan besar: pertambahan penduduk, pemanasan global, dan modernisasi alat pertanian. Seribu Bayang Purnama hadir di tengah dinamika ini sebagai panggilan agar publik dan pemerintah mendukung petani agar tetap eksis dan berdaya saing.

Fokus film pada metode alami adalah jawaban atas krisis lingkungan dan ekonomi bagi petani kecil. Film menyoroti bahwa pertanian berkelanjutan bukan hanya solusi, tapi pilihan yang mustahil diabaikan.

Penonton dan Ekspektasi di Bioskop

Dengan penayangan masal pada 3 Juli 2025, Seribu Bayang Purnama menempati posisi penting di pasar film Indonesia tahun ini. Jaringan bioskop besar mendukung luasnya distribusi, memberi peluang bagi banyak penonton untuk menyaksikan cerita yang 'sunrise' dan edukatif.

Dramatisasi yang kuat, alur emosional yang dapat diterima khalayak luas, dan kualitas produksi mendekati film kompetitif, menjadikan Seribu Bayang Purnama sebagai kandidat film nasional dengan potensi dampak sosial tinggi.

Harapan di Balik Layar

Para pembuat film berharap korelasi antara tontonan dengan aksi nyata semakin kuat. Dengan menyisihkan keuntungan untuk program pemberdayaan petani, film ini diharapkan berjalan dalam sinergi positif antara seni dan sosial membangun "sineasy" yang nyata.

Yahdi menegaskan, “Film ini harus memberi efek nyata, bukan sekadar menonton.” Keterlibatan panel diskusi, sesi barter tiket donasi, hingga kolaborasi dengan kementerian pertanian bisa membuka pintu kolaborasi lebih luas.

Seribu Bayang Purnama menjadi angin segar di arus utama film Indonesia. Lewat cerita yang berakar, film ini menjadi medium edukasi kepada publik mengenai realita petani Indonesia serta pentingnya ketahanan pangan dan metode pertanian alami.

Dengan perilisan serentak di bioskop nasional dan donasi keuntungan untuk program pemberdayaan petani, film ini membawa pesan sosial yang kuat. Bagi generasi muda, ini bukan sekadar tontonan tetapi ajakan untuk peduli dan bertindak demi keberlanjutan bangsa.

Så, film ini bukan cuma "hiburan", tapi panggilan kolaborasi untuk penonton, pembuat film, dan petani. Yuk, tonton Seribu Bayang Purnama, resapi ceritanya, dan jadilah bagian perubahan.

Terkini

Kabar Baik Harga BBM Pertamina September 2025 Stabil

Jumat, 12 September 2025 | 17:40:18 WIB

Promo Diskon Tambah Daya Listrik PLN Bikin Pelanggan Senang

Jumat, 12 September 2025 | 17:40:15 WIB

5 Pilihan Rumah Murah Nyaman di Tasikmalaya 2025

Jumat, 12 September 2025 | 17:39:11 WIB

Jadwal Lengkap KM Sirimau Pelni September Oktober 2025

Jumat, 12 September 2025 | 17:39:07 WIB