Korea Utara Genjot Wisata Lewat Resor Mewah Kalma

Rabu, 02 Juli 2025 | 07:50:00 WIB
Korea Utara Genjot Wisata Lewat Resor Mewah Kalma

JAKARTA - Upaya Korea Utara dalam membentuk citra global terus berlanjut, kali ini lewat sektor pariwisata. Dengan mengandalkan proyek ambisius di kawasan pesisir timur, negara yang selama ini dikenal tertutup dan penuh kontrol ketat, resmi membuka Resor Kalma, sebuah kompleks mewah yang digadang-gadang sebagai simbol kemajuan dan kesejahteraan versi rezim Kim Jong Un.

Peresmian resor ini tak sekadar pembangunan infrastruktur wisata biasa, melainkan bagian dari strategi propaganda luar negeri dan pemulihan ekonomi internal, menyusul dampak pandemi dan sanksi internasional yang menekan.

Strategi Baru Kim Jong Un Menarik Dunia ke Pesisir Kalma

Kim Jong Un hadir langsung dalam acara peresmian Resor Kalma di tepi pantai Wonsan. Kawasan ini kini dibuka untuk kunjungan turis asing dan dilengkapi dengan fasilitas serba mewah seperti hotel berbintang, taman air, dan penginapan luas yang mampu menampung hingga 20.000 pengunjung.

Resor ini juga memiliki keunggulan lokasi strategis karena terletak dekat Bandara Internasional Wonsan, memperkuat potensi aksesibilitas untuk wisatawan luar negeri — setidaknya secara teoritis.

Belum Ada Kepastian Transportasi, Tapi Infrastruktur Terus Didorong

Meski layanan untuk wisatawan domestik dijadwalkan dimulai pada 1 Juli, belum ada kejelasan soal jalur transportasi bagi pengunjung asing. Namun, pada Juni lalu, Korea Utara telah membuka stasiun kereta Kalma sebagai bagian dari integrasi kawasan wisata ini dengan sistem transportasi nasional.

"Stasiun ini dibangun untuk menjamin kenyamanan maksimal bagi para pelancong yang menuju kawasan wisata pesisir," ujar seorang pejabat Korut, seperti dilaporkan media lokal.

Wisatawan Rusia: Jejak Awal Pembukaan Diri

Sebelumnya, Korea Utara telah mengizinkan sejumlah kecil wisatawan asal Rusia untuk berkunjung ke resor ski Maskiryong yang berlokasi di wilayah lain. Mereka hanya tinggal selama tiga hari, dengan aktivitas yang sepenuhnya dalam pengawasan ketat pihak berwenang.

Sejak pandemi COVID-19 mereda, hanya warga negara Rusia yang secara resmi bisa masuk ke Korut sebagai turis. Pembatasan ini kemungkinan besar masih akan berlangsung, meski sinyal pelonggaran mulai muncul melalui pembukaan resor Kalma.

"Saat ini, resor Wonsan-Kalma hanya terbuka untuk warga Korea Utara, tapi bukan hal yang mengejutkan jika warga Rusia mulai terlihat di sana dalam waktu dekat," ujar Rachel Minyoung Lee, peneliti eksternal program 38 North di Stimson Center.

Lebih dari Pariwisata: Upaya Propaganda dan Simbol Modernisasi

Rachel menilai bahwa proyek ini bukan hanya demi devisa, tetapi juga untuk membentuk citra bahwa pemerintahan Kim Jong Un peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya. Kemewahan resor Kalma menunjukkan ambisi pemimpin muda Korea Utara dalam menciptakan apa yang mereka sebut sebagai “peradaban sosialis modern”.

“Pada awalnya, resor ini ditujukan bagi kalangan elite di Pyongyang, termasuk pejabat tinggi partai dan tokoh berpengaruh lainnya,” jelas Lim Eul Chul, profesor Studi Korea Utara dari Universitas Kyungnam, Korea Selatan.

Lim menambahkan bahwa proyek ini mencerminkan dorongan jangka panjang Kim untuk menumbuhkan ekonomi nasional lewat sektor non-industri seperti pariwisata, yang dianggap lebih aman dari sanksi internasional dibanding sektor perdagangan dan energi.

Jejak Sejarah Pariwisata Korut: Dari Gunung Kumgang ke Kalma

Resor Kalma bukan upaya pertama Korea Utara dalam membuka diri ke dunia melalui pariwisata. Salah satu contoh paling terkenal adalah pembukaan Gunung Kumgang bagi turis Korea Selatan di akhir 1990-an. Program ini sempat menjadi simbol rekonsiliasi antar-Korea hingga tragedi tahun 2008, ketika seorang turis Korsel tewas ditembak karena melintasi area militer.

Sejak insiden itu, hubungan pariwisata antara kedua Korea membeku. Namun proyek Kalma menunjukkan bahwa Pyongyang belum meninggalkan ambisinya untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu ujung tombak soft power.

Akses Terbatas dan Aturan Ketat Masih Membayangi

Meskipun tampil megah, wisatawan yang masuk ke Korea Utara harus siap dengan pembatasan ekstrem. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, turis dilarang memotret sembarangan, mengikuti jadwal ketat, dan selalu dikawal pemandu resmi pemerintah. Resor Kalma pun diprediksi akan menerapkan sistem pengawasan serupa.

Menanti Turis Asing, Tapi Tantangan Tetap Besar

Dengan semua pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan, pertanyaan besar yang tersisa adalah: siapa yang akan datang? Dengan akses terbatas, risiko politik, dan rekam jejak pelanggaran HAM di negara itu, wisatawan dari negara-negara Barat kemungkinan besar tetap akan menjauh.

Namun, Rusia dan negara-negara sekutu politik Korut seperti Tiongkok atau Iran bisa menjadi target realistis dalam tahap awal. Strategi membuka sektor pariwisata tampaknya masih bersifat selektif dan terkontrol ketat.

Resor Kalma, Simbol Baru Korea Utara?

Resor mewah Kalma bisa jadi hanya secuil dari narasi besar Kim Jong Un dalam menampilkan Korea Utara sebagai negara modern dan terbuka. Di balik retorika tersebut, tetap ada realitas politik dan pengawasan ketat yang tak mudah diabaikan.

Sebagaimana ditunjukkan melalui pembangunan stasiun, bandara, dan penginapan besar, Pyongyang sedang menyusun ulang wajahnya di mata dunia — tidak hanya lewat rudal dan parade militer, tetapi juga melalui hotel bintang lima dan pantai buatan.

Terkini

Kabar Baik Harga BBM Pertamina September 2025 Stabil

Jumat, 12 September 2025 | 17:40:18 WIB

Promo Diskon Tambah Daya Listrik PLN Bikin Pelanggan Senang

Jumat, 12 September 2025 | 17:40:15 WIB

5 Pilihan Rumah Murah Nyaman di Tasikmalaya 2025

Jumat, 12 September 2025 | 17:39:11 WIB

Jadwal Lengkap KM Sirimau Pelni September Oktober 2025

Jumat, 12 September 2025 | 17:39:07 WIB