JAKARTA - Bisnis manajemen kas di sektor perbankan terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan pada paruh pertama tahun ini. Perkembangan ini tidak hanya memperkuat posisi bank dalam mengelola likuiditas nasabahnya, tetapi juga menjadi sumber penting bagi peningkatan pendapatan non bunga serta kontribusi terhadap dana pihak ketiga. Melihat tren ini, sejumlah bank besar berlomba-lomba memanfaatkan layanan manajemen kas dengan strategi digitalisasi dan inovasi produk guna mendukung pertumbuhan tersebut.
Salah satu bank yang mencatat pertumbuhan menonjol adalah PT Bank Pan Indonesia Tbk (Panin). Hingga semester pertama tahun ini, Panin berhasil mencatat volume transaksi manajemen kas mencapai 1,91 juta transaksi dengan nilai total Rp 96,2 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,79 juta transaksi.
Presiden Direktur Bank Panin, Herwidayatmo, menjelaskan bahwa pertumbuhan ini tidak hanya disebabkan oleh bertambahnya jumlah nasabah, tetapi juga karena upaya bank dalam mendorong nasabah yang sudah ada agar lebih aktif menggunakan fasilitas manajemen kas. “Pertumbuhan transaksi terjadi di samping karena jumlah nasabah yang terus bertambah juga karena bank terus mendorong nasabah yang ada untuk lebih aktif menggunakan fasilitas cash management,” jelasnya.
Bank Panin saat ini melayani sekitar 41.000 nasabah dari berbagai segmen, termasuk ritel, Usaha Kecil Menengah (UKM), dan korporasi. Segmentasi pasar yang luas tersebut menjadi kekuatan utama bagi pertumbuhan bisnis manajemen kas Panin, sekaligus memperkuat ekosistem layanan perbankan secara keseluruhan.
Tidak hanya Panin, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga mencatat peningkatan pengguna layanan manajemen kas sebesar 20% secara tahunan. Meskipun tidak mengungkapkan angka rinci, EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, mengatakan pertumbuhan tersebut sejalan dengan kenaikan volume dan nilai transaksi yang dikelola.
Menurut Hera, sejumlah strategi menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan bisnis manajemen kas BCA, antara lain pembangunan ekosistem digital berbasis open banking API melalui platform SNAP, serta layanan multi payroll yang memudahkan perusahaan mengelola penggajian karyawan secara efisien. Selain itu, BCA juga terus melakukan pendalaman dan perluasan komunitas bisnis, pengembangan layanan sesuai kebutuhan nasabah, serta peningkatan sumber daya manusia dan keterikatan pelanggan.
Bisnis manajemen kas BCA tidak hanya memberikan kemudahan transaksi bagi nasabah, tetapi juga berkontribusi positif terhadap pendapatan non bunga. Pada kuartal pertama tahun ini, pendapatan non bunga BCA tercatat naik 8,1% secara tahunan menjadi Rp 6,8 triliun, dengan peningkatan pendapatan fee dan komisi sebesar 8,3%. Hera menambahkan, “Kemudahan dan fleksibilitas transaksi yang ditawarkan oleh cash management BCA turut pula berkontribusi dalam menjaga arus kas dalam ekosistem BCA, sehingga menopang pertumbuhan dana pihak ketiga, khususnya CASA.”
Tak mau kalah, PT Bank DBS Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan bisnis manajemen kas yang mengesankan, naik sekitar 30% hingga Mei. Kepala Global Transaction Services Bank DBS Indonesia, Dandy Pandi, menyatakan bahwa kenaikan ini didorong oleh aktivitas sektor-sektor industri seperti metal, pertambangan, otomotif, pangan, dan pertanian.
Layanan manajemen kas DBS juga mengandalkan teknologi API yang memungkinkan transaksi dilakukan secara real-time dan langsung terintegrasi dengan sistem internal bank melalui host to host connection. Sistem ini meningkatkan efisiensi dan kecepatan transaksi, memberikan nilai tambah bagi nasabah korporasi yang membutuhkan kelancaran arus kas untuk operasional bisnisnya.
Ke depan, DBS optimistis bisnis manajemen kasnya akan terus tumbuh positif seiring dengan peningkatan permintaan dari berbagai sektor industri. Hal serupa juga terjadi pada BCA dan Panin yang menargetkan pertumbuhan lebih agresif.
Herwidayatmo menyebutkan bahwa Bank Panin menargetkan volume transaksi manajemen kas dapat mencapai 4 juta hingga akhir tahun ini. “Melihat pencapaian hingga semester pertama sudah mendekati 50% dari target, kami optimis target tersebut dapat terpenuhi dan diharapkan akan meningkatkan nilai transaksi sebesar 10% hingga 15% hingga akhir tahun,” tuturnya.
Pertumbuhan bisnis manajemen kas ini menggambarkan bagaimana perbankan beradaptasi dengan perubahan kebutuhan nasabah yang semakin menuntut layanan keuangan yang praktis, cepat, dan aman. Manajemen kas bukan lagi hanya soal pencatatan arus kas, melainkan bagian penting dalam ekosistem perbankan yang mendukung pertumbuhan usaha dan efisiensi operasional.
Selain itu, perkembangan teknologi digital menjadi katalis utama dalam mempercepat pertumbuhan layanan manajemen kas. Integrasi API, open banking, dan fitur multi payroll menunjukkan komitmen perbankan dalam mempermudah akses layanan keuangan, mengoptimalkan pengalaman nasabah, dan memperkuat daya saing di tengah persaingan industri yang semakin ketat.
Peningkatan pendapatan non bunga dari bisnis manajemen kas juga menjadi salah satu strategi bank dalam mengurangi ketergantungan pada pendapatan bunga. Dengan memanfaatkan fee-based income, bank dapat memperkuat struktur pendapatan dan meningkatkan profitabilitas di tengah dinamika pasar yang fluktuatif.
Secara keseluruhan, pertumbuhan bisnis manajemen kas perbankan yang signifikan pada semester pertama tahun ini memberikan sinyal positif bagi industri keuangan Indonesia. Kinerja yang kuat dari Panin, BCA, dan DBS ini menjadi contoh bagaimana inovasi dan pengembangan layanan yang tepat sasaran dapat mendorong ekspansi bisnis sekaligus meningkatkan nilai tambah bagi nasabah.
Ke depan, perbankan diharapkan terus berinovasi dan memperkuat ekosistem manajemen kasnya agar tetap relevan dengan kebutuhan nasabah yang dinamis, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui peranannya dalam pengelolaan likuiditas dan pendanaan usaha yang lebih optimal.