ILMIAH

Indonesia Satukan Akses Jurnal Ilmiah untuk Ekosistem Pengetahuan

Indonesia Satukan Akses Jurnal Ilmiah untuk Ekosistem Pengetahuan
Indonesia Satukan Akses Jurnal Ilmiah untuk Ekosistem Pengetahuan

JAKARTA - Indonesia tengah berada pada titik penting dalam upaya memperkuat ekosistem pengetahuan nasional melalui rencana besar bernama Indonesia Akses Tunggal (SATU). Kebijakan ini menjadi terobosan strategis di bidang pendidikan dan riset yang bertujuan menyatukan akses jurnal ilmiah global melalui satu kontrak langganan terpusat. Dengan model ini, seluruh institusi pendidikan tinggi dan lembaga riset di tanah air akan memperoleh kemudahan akses, menggantikan sistem langganan yang selama ini terfragmentasi dan tidak merata.

Tantangan Akses Jurnal Ilmiah di Indonesia Saat Ini

Selama ini, universitas dan lembaga riset di Indonesia berlangganan jurnal secara parsial dan mandiri. Banyak dari mereka harus melakukan negosiasi kontrak langsung dengan penerbit jurnal komersial global. Meski ada konsorsium yang terbentuk, skalanya masih terbatas dan belum mampu memperkuat posisi tawar secara optimal. Akibatnya, sebagian besar kampus hanya bisa mengakses sebagian kecil jurnal penting, atau bahkan sama sekali tidak memiliki akses.

Ketimpangan akses ini tidak hanya menimbulkan ketidakadilan, tapi juga menghambat kemajuan riset nasional. Tanpa akses yang memadai ke literatur ilmiah, riset Indonesia berpotensi terisolasi, mengalami pengulangan studi yang sudah ada, dan gagal mendorong demokratisasi ilmu pengetahuan yang esensial dalam diskursus ilmiah mutakhir.

Inspirasi Kebijakan Akses Terpusat dari India

Indonesia mencontoh kebijakan One Nation One Subscription (ONOS) yang sudah diterapkan India sejak awal 2025. Dalam model ini, pemerintah India mengelola pendanaan dan akses melalui portal nasional yang dikelola INFLIBNET, memungkinkan lebih dari 6.300 institusi pendidikan tinggi dan riset mendapatkan akses ke 13.000 jurnal dari 30 penerbit global. Total sekitar 18 juta mahasiswa, dosen, dan peneliti mendapat kemudahan akses ke publikasi berkualitas tinggi.

Model ini menegaskan bahwa pengetahuan adalah barang publik yang harus diakses secara adil untuk mendorong kemajuan bangsa. Namun, tantangan utama dari model ini adalah menjaga keberlanjutan pendanaan agar kebijakan tersebut tidak hanya bersifat sementara dan tahan terhadap dinamika politik.

Model Akses Jurnal Ilmiah yang Layak Diterapkan

Untuk menciptakan akses jurnal yang lebih adil dan berkelanjutan, ada tiga model yang dapat dipertimbangkan Indonesia:

Model Konsorsium Terkoordinasi
Beberapa institusi bergabung untuk bernegosiasi bersama dengan penerbit besar seperti Elsevier, Springer-Nature, Wiley, Taylor & Francis, dan Sage. Namun, meskipun sudah ada konsorsium di lingkungan FPPTI dan Perpusnas, kelemahan koordinasi, kurangnya keterbukaan data, serta tanpa evaluasi sistematis membuat efektivitasnya terbatas.

Model Langganan Terpusat (Centralized Access)
Model seperti ONOS yang mengelola akses dari satu sumber terpusat. Model ini memudahkan akses dengan skala besar dan transparan, namun membutuhkan pendanaan berkelanjutan dan tata kelola yang kuat agar tidak menjadi proyek temporer.

Model Hibrida: Read-and-Publish dan Publish-and-Read
Menggabungkan akses baca jurnal dan penerbitan open access. Institusi membayar langganan sekaligus kuota publikasi terbuka bagi penelitinya. Walaupun model ini mendorong keterbukaan, ada kritik karena fokus pada penerbit besar dan kurang mendukung persaingan sehat antar penerbit.

Pilar Utama Membangun Ekosistem Akses Jurnal di Indonesia

Mengadopsi kebijakan SATU bukan sekadar masalah teknis berlangganan jurnal. Untuk membangun ekosistem pengetahuan nasional yang inklusif dan berkelanjutan, Indonesia perlu mengembangkan lima fungsi kelembagaan utama:

Tata Kelola Nasional
Lembaga koordinasi lintas kementerian dan pemangku kepentingan yang merumuskan kebijakan strategis, menjamin transparansi, partisipasi publik, dan akuntabilitas dalam membangun ekosistem pengetahuan terbuka.

Portal Akses Terpadu dan Terintegrasi
Platform nasional yang menyatukan akses jurnal internasional dan lokal, menggunakan sistem Single Sign-On (SSO) yang menghubungkan seluruh institusi pendidikan dan riset, serta terintegrasi dengan repositori nasional agar sumber daya dapat diakses dengan aman dan efisien.

Unit Evaluasi dan Negosiasi Berbasis Data
Tim teknis yang mengumpulkan dan menganalisis data penggunaan jurnal, mengevaluasi efektivitas perjanjian akses, dan melakukan negosiasi kontrak dengan penerbit agar anggaran untuk akses jurnal digunakan secara optimal dan adil.

Data Commons (Platform Sumber Terbuka)
Infrastruktur terbuka yang mengelola metadata publikasi ilmiah agar bisa digunakan ulang oleh peneliti lain secara aman dengan lisensi terbuka, mendukung prinsip pertukaran data ilmiah secara otomatis dan transparan.

Skema Dukungan Berkelanjutan
Pendanaan dan penguatan infrastruktur penerbitan jurnal ilmiah nasional agar memenuhi standar internasional, beretika, dan mampu menjamin keberlanjutan tanpa membebani penulis atau institusi dengan biaya yang tinggi.

Menyongsong Masa Depan Pengetahuan Terbuka di Indonesia

Momentum peluncuran Indonesia Akses Tunggal (SATU) adalah kesempatan emas untuk merombak sistem akses pengetahuan nasional. Dengan kebijakan ini, Indonesia tidak hanya memperluas akses ke jurnal ilmiah berkualitas tinggi, tetapi juga membangun sistem yang mendukung kolaborasi riset lintas wilayah dan memperkuat kedaulatan pengetahuan nasional.

Jika berhasil, SATU akan menjadi fondasi penting bagi kemajuan riset dan pendidikan tinggi di Indonesia, menjadikan pengetahuan sebagai barang publik yang dapat diakses secara adil oleh seluruh sivitas akademika dan peneliti. Langkah ini juga dapat mempercepat demokratisasi ilmu pengetahuan dan memastikan Indonesia tidak tertinggal dalam persaingan global di era revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index